Jakarta tak
pernah berhenti berbenah. Pembangunan fisik terus bergulir disana-sini. Gedung
jangkung berlomba-lomba mencakar langit. Di jalan raya, aneka kendaraan
bermotor hadir setiap hari. Mulai dari yang harganya belasan juta, ratusan
juta, hingga miliaran rupiah. Mereka berdesakan di jalan yang segitu-gitu saja.
Panjang jalan
Jakarta bergerak amat lamban, yakni rata-rata 0,01% per tahun. Sedangkan jumlah
kendaraan bermotor berlari lebih cepat, yakni berkisar 10-15% per tahun.
Setidaknya saat ini ada 12 juta kendaraan bermotor di kota yang berpenduduk 9,5
juta jiwa ini. Mayoritas dari kendaraan tersebut didominasi oleh sepeda motor.
Sementara itu,
kalau merujuk data Ditlantas Polda Metro Jaya yang menaungi Jakarta, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek), jumlah kendaraan bertambah 5.500-6.000 unit
per hari. Dari jumlah tersebut, sepeda motor mencapai 4.000-4.500 per hari.
Bayangkan, per hari.
Hingga akhir
2014, jumlah kendaraan di wilayah ini mencapai sekitar 17,5 juta unit. Dari
total kendaraan bermotor, sepeda motor menyumbang sekitar 75% atau setara
dengan sekitar 13 juta unit. Selamat datang di kota sepeda motor.
Saat ini, jumlah
panjang jalan Jakarta sekitar 6,86 juta kilometer (km) atau setara dengan
sekitar 42 juta meter persegi (m2), sedangkan luas daratan Jakarta sekitar 661
kilometer persegi (km2). Angka tersebut jika di presentasekan hanya 7% dari
luas kota, sedangkan angka idealnya adalah 12.
Sebagai
ilustrasi, pada 2002 penggunaan kendaraan pribadi baru 33% dari total pergerakan
di Jakarta. Tapi, pada 2010 angkanya sudah menyentuh 50%. Hal itu berbanding
terbalik dengan penggunaan angkutan umum, yakni dari semula 42% menjadi tinggal
20%.
Tak heran jika
pada jam-jam sibuk sepeda motor meluber hingga ke trotoar dan jalur yang bukan
semestinya seperti masuk ke busway. Kemacetan pun terjadi di setiap sudut jalan
kota. Penurunan jumlah pengguna angkutan umum di Jakarta pun disebabkan oleh
berbagai factor seperti armada yang tidak layak, merasa tidak aman, waktu
tunggu yang lama dan lain sebagainya.
Hal ini tentu
tidak dapat dibiarkan pemerintah bersama pihak pihak swasta yang terkait harus
segera bergerak cepat untuk memperbaiki masalah transportasi umum di Jakarta.
Bus yang aman dan nyaman, MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Light Rail Transit),
dan berbagai transportasi umum lainnya menjadi suatu kebutuhan yang sangat
mendesak untuk menanggulagi kemacetan ibu kota.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar