Kamis, 16 Juni 2016

Tradisi Menyambut Ramadhan

Tak terasa waktu berlalu, sampai saat ini kita telah memasuki hari ke 12 bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh rahmat, bulan yang paling dirindukan oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Namun taukah kamu, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia  memiliki beragam tradisi dalam menyambut bulan suci ini. Berikut adalah beberapa diantaranya:

1. Balimau (Sumatera Barat)

Balimau atau dalam bahasa Indonesia berarti berlimau merupakan tradisi unik yang biasa digelar orang Minang menjelang Ramadhan. Masyarakat Minang biasanya menggunakan limau atau semacam jeruk nipis untuk mencuci rambut yang bermakna menyucikan diri menyambut Ramadhan.

Latar belakang dari balimau adalah membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadan, sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Secara lahir, mensucikan diri adalah mandi yang bersih. Zaman dahulu tidak setiap orang bisa mandi dengan bersih, baik karena tak ada sabun, wilayah yang kekurangan air, atau bahkan karena sibuk bekerja maupun sebab yang lain. Saat itu pengganti sabun di beberapa wilayah di Minangkabau adalah limau (jeruk nipis), karena sifatnya yang melarutkan minyak atau keringat di badan.

2. Meugang (Aceh)

Meugang merupakan saat di mana hewan ternak disembelih. Biasanya kegiatan menyembelih hewan ini dilaksanakan dua hari menjelang Ramadhan yang dilakukan masyarakat Aceh. Setelah hewan disembelih, beberapa daging akan dibagikan sementara sebagian lagi disantap ramai-ramai bersama keluarga.

Meugang atau Makmeugang tak hanya dilakukan untuk menyambut Ramadhan. Namun Meugang dilaksanakan setahun tiga kali, yakni Ramadhan, Idul Adha, dan Idul Fitri. Sapi dan kambing yang disembelih berjumlah ratusan. Selain kambing dan sapi, masyarakat Aceh juga menyembelih ayam dan bebek. Tradisi Meugang di desa biasanya berlangsung satu hari sebelum bulan Ramadhan atau hari raya, sedangkan di kota berlangsung dua hari sebelum Ramdhan atau hari raya.

Tradisi Meugang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu di Aceh. Meugang dimulai sejak masa Kerajaan Aceh. Kala itu (1607-1636 Masehi), Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam jumlah banyak dan dagingnya dibagikan secara gratis kepada seluruh rakyatnya. Hal ini dilakukan sebagai rasa syukur atas kemakmuran rakyatnya dan rasa terima kasih kepada rakyatnya. Setelah Kerajaan Aceh ditaklukan oleh Belanda pada tahun 1873, tradisi ini tidak lagi dilaksanakan oleh raja. Namun, karena hal ini telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh, maka Meugang tetap dilaksanakan hingga saat ini dalam kondisi apapun.Tradisi Meugang juga dimanfaatkan oleh pahalawan Aceh dalam bergerilya, yakni daging sapi dan kambing diawetkan untuk perbekalan.

      3.  Apeman (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta)

Masyarakat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta juga memiliki tradisi unik untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi yang dikenal dengan nama apeman atau ruawahan itu dilakukan dengan memasak kue tradisional bernama apem. Kue yang terbuat dari tepung beras ini menyimbolkan permohonan maat atas dosa yang pernah dilakukan.

Upacara tradisi ini di lakukan di lingkungan keraton. Tradisi ini secara khusus diadakan untuk memperingati hari raya kenaikan tahta Sri Sultan Hamengkubuwono. Tradisi apeman dilakukan dengan membuat apem sebagai sesaji. Apem ini terbuat dari beras ketan. Bentuknya tidak seperti apem biasa yang dijual di pasar, akan tetapi dengan ukuran yang lebih besar (jumbo), dibuat oleh wanita, baik istri raja, anak dan keturunan raja, serta kerabat keraton dengan alasan wanita adalah pelayan dari pria. Apem dibagikan kepada para abdi dalem keraton. Ada dua jenis apem yang dibuat untuk di bagikan, yaitu apem mustaka (diameter kurang lebih 20 cm)  diberikan kepada abdi dalem yang memiliki posisi tinggi dan apem biasa (diameter kurang lebih 10 cm) untuk abdi dalem biasa.

      4. Jalur Pacu (Riau)

Di Riau, terutama di Kabupaten Kuantan Singingi, masyarakatnya memiliki tradisi unik untuk menyambut Ramadhan. Mereka mengadakan lomba mendayung yang dikenal dengan sebagai "Jalur Pacu".  Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m, dalam bahasa penduduk setempat, kata Jalur berarti Perahu.

Lombanya cukup sederhana, satu kelompok terdiri dari banyak peserta dan setiap kelompok menggunakan satu perahu. Setiap tim harus bekerja sama mendayung perahu agar bisa sampai ke garis finish lebih dulu. Biasanya, lomba ini diselenggarakan di beberapa sungai di Riau.

      5.Munggahan (Jawa Barat)

Dalam rangka menyambut Ramadhan, semua orang berkumpul bersama keluarga dan kerabat untuk saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian khas Ramadhan. Tradisi yang biasanya dilakukan oleh suku sunda ini, merupakan bentuk syukur atas akan datangnya bulan Ramadhan.

Kata Munggahan sendiri berasal dari "munggah" yang berarti naik. Salah satu maknanya adalah ketika memasuki bulan Ramadhan, masyarakat naik ke waktu atau bulan yang luhur derajatnya, dan diharapkan masyarakat juga menjadi pribadi yang lebih baik seiring dengan tibanya bulan suci Ramadhan, khususnya dalam urusan menahan hawa nafsu selama berpuasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Sunda, munggah juga memiliki arti sebagai hari pertama puasa pada tanggal 1 Ramadhan. Sayangnya, pada jaman sekarang, banyak orang yang melupakan makna di balik tradisi ini yang sebenarnya. Kebanyakan hanya sekedar menjalankan tradisi ini dengan makan-makan atau kumpul bersama keluarga atau teman.

6Nyorog (Jakarta)

Masyarakat Betawi di Jakarta memiliki tradisi nyorog dalam menyambut bulan Ramadhan. Setiap orang yang hendak melakukan tradisi ini akan mengantarkan bingkisan untuk orang-orang terdekat. Isi bingkisan itu sendiri berupa makanan yang sudah jadi maupun yang masih mentah.

Sekarang, istilah nyorog barangkali hampir punah karena tradisi ini sudah mulai menghilang. Tetapi, tradisi nyorog berganti dengan tradisi mengirim bingkisan kepada sanak saudara. Bingkisan itu biasanya berisi sembako, sirup, hingga kue-kue.

Dalam tradisi ini, sanak keluarga tidak jarang membawa makanan khas Betawi. Makanan itu adalah sayur gabus pucung. Sayur gabus pucung berbahan dasar ikan gabus yang digoreng dan kemudian dimasak menggunakan berbagai rempah seperti kemiri, cabai merah, jahe, dan kunyit.

Tradisi nyorog biasanya dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang usianya lebih tua. Biasanya ada ucapan meminta restu dan memohon agar diberi kelancaran menjalankan ibadah puasa.

Nyorog juga dipercaya masyarakat sebagai tanda untuk saling mengingatkan jika bulan suci Ramadan akan segera datang. Selain itu, tradisi ini dapat mempererat tali silaturahi antar tetangga atau keluarga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar