Jumat, 16 Agustus 2019

LRT PALEMBANG 2017

Pada penulisan kali ini saya akan membahas mengenai kegagalan struktur pada bangunan studi kasus yang saya ambil adalah kejadian jatuhnya girder pada Proyek Pembangunan Light Rail Transit (LRT) Palembang Tahun 2017, berikut adalah penjelasan lengkapnya.
  • Kronologi Kejadian
Pada tanggal 1 Agustus 2017 crane IHI type CCH700 kapasitas 70 ton dan Crane Kobelco type CKS800 kapasitas 80 ton dengan operator PT.Waskita Karya direncanakan akan mengangkat girder (steel box) panjang 33,7 m berat 75,1 ton di area sempit diantara rumah warga di pinggir jalan raya dan fly over Polresta Jl. Gubernur H. Bastari tepatnya di P672 zona 4 proyek LRT Palembang.
Girder yang akan dipasang merupakan sambungan girder yang telah terpasang di atas tiang P.674 dan Temporary Support Steel Box Penyambungan girder digunakan sambungan baut dan mur.
Pada tanggal 30 Juli 2017 pihak kontraktor mengajukan Request For Inspection (RFI) kepada konsultan yang berisi kesiapan untuk diinspeksi tanggal 31 Juli 2017 pukul 17.00 WIB dengan rencana waktu pelaksanaan pekerjaan pukul 18.00 WIB. Konsultan menerima RFI dari pihak kontraktor yang berisi rencana pekerjaan secara rinci yang akan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2017.
Namun pada tanggal 31 Juli 2017 konsultan supervisi tidak menerima konfirmasi dari pihak kontraktor tentang ada tidaknya pelaksanaan pekerjaan pengangkatan steel box girder pada hari itu, sehingga koordinasi kegiatan inspeksi antara kontraktor dan konsultan supervisi terlewatkan.
Pada tanggal 31 Juli 2017 pukul 22.30 WIB, Crane 70 ton dan 80 ton diangkut ke lokasi LRT zona 4 antara P.672-P.674 dengan menggunakan mobil truk.
Pada tanggal 1 Agustus 2017 pukul 01.30 WIB, dilakukan persiapan awal pelaksanaan pengangkatan girder, yaitu dengan melakukan penutupan jalan terlebih dahulu kemudian setting crane dan pemasangan 4 lembar plat baja sebagai landasan untuk crane 70 ton yang dipasang sebelah kanan tiang P.672. selanjutnya diadakan penggeseran girder dengan menggunakan crane 70 ton dan 80 ton sejauh ±30 meter untuk ditempatkan di antara P672 dan Temporary Support Steel Box.
Selanjutnya kedua crane diposisikan "menghadap" girder untuk melaksanakan load test pengangkatan beban setinggi ± 30 cm dari tanah untuk memastikan bahwa crane tersebut mampu mengangkat girder seberat 75,1 ton.
Pada pukul 02.00 WIB, operator crane mulai melaksanakan pengangkatan girder. Selama proses pengangkatan operator juga mengamati monitor untuk mengetahui ada atau tidaknya indikasi overload. Setelah proses pengangkatan dilakukan sampai girder mencapai ketinggian sekitar 9 m (+ 0,5 m diatas permukaan column) monitor menunjukkan bahwa kedua crane tidak mengalami overload. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa peralatan crane maupun operasi pengangkatannya mampu mengangkat girder. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa crane layak operasi.
Pada saat girder diturunkan perlahan-lahan untuk meletakkannya pada tiang P.672, rodacrawler crane 70 ton sebelah depan yang berada di atas plat baja mulai amblas. Selanjutnya dengan cepat girder jatuh dan secara bersamaan crane 70 ton terjungkir dengan bertumpu pada ujung depan rantai crawler. Gambar 1 menunjukkan terjungkalnya crane 70 ton (garis panah putus putus merah) dan jatuhnya girder mengakibatkan perputaran rotary table akibat adanya gaya ayun dan gravitasi. Akibat dari pergerakan tersebut posisi cabin menghadap keatas dan counter-weight (25 ton) yang berada di belakang cabin menghantam landasan sehingga menimbulkan lubang dengan ukuran (2,6 x 2,6 x 0,5) meter, dan tower boom  bengkok (garis panah putus putus merah).
Kejadian ini mengakibatkan 3 orang luka ringan dari penghuni rumah yang tertimpa girder. Korban dievakuasi oleh pekerja dan warga sekitar ke lokasi aman. Kedua crane mengalami kerusakan parah dan untuk mempermudah evakuasi boom tersebut dipotong.
  • Informasi Tambahan
1.             Data Teknis Mobile Crane IHI CCH700
Jenis Pesawat Angkat & Angkut : Mobile Crane
Nama Pabrik Pembuat : IHI Construction Machinery Ltd
Tempat Pembuatan : Japan
Tahun Pembuatan : 2015
Type : Crawler Crane/Lattice Boom
Model & Nomor Seri : CCH700 & HY501
Kapasitas angkat maksimum : 70.000 kg (70T)/sesuai Load Indicator
Motor penggerak : Engine/electrical
Operator Crane : Usia 27 tahun, surat ijin operator crawler crane berlaku sampai dengan 8 Januari 2020 (valid).

2.             Data Teknis Mobile Crane Kobelco CKS800
Jenis Pesawat Angkat & Angkut : Mobile Crane
Nama Pabrik Pembuat : Kobelco Crane Co.Ltd
Tempat Pembuatan : Japan
Tahun Pembuatan : 2015
Type : Crawler Crane Lattice Boom
Model : CKS 800
Nomor Seri : GG06-05370
Kapasitas angkat maksimum : 80 Ton
Motor penggerak : Engine motor diesel
Operator Crane : Usia 25 tahun, surat ijin operator crawler crane   berlaku sampai dengan 7 November  20 (valid).

Berdasarkan Informasi Lingkungan Sekitar Area pergerakan crawler crane berada di jalan utama disamping bagian bawah fly over dengan area yang sempit. Untuk memperluas ruang gerak crawler crane, waktu pelaksanaan pengangkatan girder harus membongkar trotoar yang berada dibawah fly over. 
Girder (Gambar 4) terbuat dari konstruksi baja dengan panjang sekitar 33,7 meter, berat 75,1 ton. Operasi pengangkatan dilakukan dengan 2 tower boom crane berkapasitas masing-masing 70 ton dan 80 ton.
  • Informasi Pasca Kejadian


Setelah kejadian, ternyata area yang "terinjak" crane 70 ton berupa bekas galian pembuatan cerucuk pondasi P672 yang telah dicor adukan beton tanpa perkuatan rangka besi beton;
Load test tidak dapat dilaksanakan pada area titik pengangkatan steel box girder karena terbatasnya ruang gerak crane
Kondisi lokasi tersebut diatas hanya dapat diidentifikasi dengan tes pit (galian uji), sehingga tindakan perkuatannya dapat dilakukan sesuai ketentuan.
Permukaan coran beton yang akan diinjak crane 70 ton dilapisi plat baja dengan ketebalan 30 mm, panjang 5 m dan lebar 1,2 m. Plat tersebut berjumlah 4 lembar yang dipasang berjajar dan melintang terhadap arah gerakan crane;
Prosedur inspeksi pengangkatan yang lebih akurat seharusnya didahului dengan koordinasi dari Request For Inspection (RFI) oleh kontraktor kepada konsultan. Dalam kasus ini pada saat pengangkatan girder, koordinasi ini tidak dilakukan, maka RFI yang tertanggal 30 Juli 2017 belum diperiksa atau ditandatangani oleh konsultan.

  • Analisis
  1. Harmonisasi Pengangkatan, mengangkat girder dengan panjang sekitar 33,7 meter dan berat 75,1 ton memerlukan harmonisasi yang ketat antara kedua operator cranenya.  Sedikit saja terjadi disharmoni dalam pengangkatan akan mengakibatkan terjadinya pergeseran center of gravity (CG) sehingga beban akan lari ke salah satu titik angkat
  2. Terjadinya Ketidakstabilan Dalam Proses Pengangkatan Girder saat sedang menurunkan girder, terjadi penurunan tanah pada tempat pijakan rantai crane 70 ton. sehingga menimbulkan ketidakstabilan  proses pengangkatan.
  3. Akibat Ketidakstabilan Gaya Pada crane 80 ton terjadi momen puntir tambahan terhadap boom sehingga mengakibatkan patah
  4. Penyebab Langsung adalah amblasnya permukaan pijakan crane, proses inspeksi sebelum pekerjaan tidak sepenuhnya terkoordinasi, Denah galian cerucuk yang seharusnya bisa mengindikasikan pelemahan kekuatan permukaan tanah untuk pemasangan pile cap pun tidak digunakan.
  5. Penyebab Tidak Langsung Terbatasnya ruang gerak crane, kurangnya koordinasi antara operator dan konsultan dalam pelaksanaan lifting steel girder, tidak adanya utility map.
  • Kesimpulan
  1. Inspeksi sebagai tindak lanjut RFI ternyata tidak sepenuhnya dilaksanakan untuk mendeteksi adanya kelemahan struktur tanah berikut perkuatannya. Dan lebih spesifik lagi load test tidak dapat dilakukan pada posisi tanah yang "lemah" mengingat sangat terbatasnya ruang gerak crane;
  2. Struktur tanah pijakan crane 70 ton lokasinya berada pada bekas galian terucuk yang notabene dibuat untuk proyek ini. Kelemahan ini seharusnya diketahui oleh pihak kontraktor dan konsultan pengawas;
  3. Kondisi nyata kekuatan struktur tanah di lokasi tersebut hanya dapat diidentifikasi dengan pit test (galian uji), sehingga tindakan perkuatannya dapat dilakukan sesuai ketentuan;
  4. Faktor yang berkontribusi Adanya faktor ketergesaan dalam mengejar target waktu penyelesaian sehingga ada tahap pengujian yang terlewati.

Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar